Postingan

Menulis Untuk Keabadian

Karanganyar , Febriyanto - Di tengah riuh rendah zaman yang serba cepat dan informasi yang datang silih berganti laksana air bah, pernahkah kita berhenti sejenak dan merenungkan apa yang akan tersisa dari jejak kita di dunia? Di antara hiruk pikuk digital yang mudah datang dan pergi, ada satu medium purba yang daya tahannya justru teruji oleh waktu: tulisan. Mengapa manusia menulis? Lebih jauh lagi, mengapa sebagian dari mereka menulis dengan sebuah harapan, sebuah ambisi, untuk melampaui usianya sendiri—menulis untuk keabadian? Pertanyaan ini bukanlah sekadar renungan kosong para sastrawan di menara gading. Ia menyentuh esensi dari keberadaan manusia itu sendiri: perjuangan melawan kefanaan. Adalah sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, yang merumuskan perjuangan ini dalam adagiumnya yang paling masyhur: "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Kut...